Di tengah semakin berkembangnya teknologi digital, tantangan terkait dampak lingkungan menjadi perhatian utama. Sementara dunia teknologi menawarkan inovasi yang mempermudah berbagai aspek kehidupan, penggunaan teknologi yang berlebihan juga membawa dampak negatif bagi lingkungan, seperti meningkatnya penggunaan energi dan produksi e-waste (limbah elektronik). Green technology atau teknologi hijau hadir sebagai solusi untuk mengurangi jejak karbon dan memperbaiki dampak ekologis yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi digital. Konsep ini tidak hanya mengutamakan efisiensi energi tetapi juga bertujuan untuk menciptakan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Salah satu contoh penerapan green technology adalah penggunaan energi terbarukan untuk menjalankan infrastruktur digital, seperti pusat data dan server. Sebagian besar pusat data yang menyimpan informasi penting di internet membutuhkan pasokan energi yang sangat besar. Penggunaan energi dari sumber terbarukan seperti tenaga surya atau angin untuk menjalankan server MIMPI 44 dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil, yang secara langsung berdampak pada pengurangan emisi karbon. Selain itu, beberapa perusahaan teknologi besar, seperti Google dan Microsoft, telah berkomitmen untuk menggunakan energi 100% terbarukan untuk operasi mereka. Ini merupakan langkah positif dalam mendukung keberlanjutan lingkungan sambil mempertahankan performa tinggi dari layanan mereka.
Di samping itu, dalam dunia perangkat keras, konsep circular economy atau ekonomi sirkular juga mulai diterapkan dalam rangka mengurangi limbah elektronik. Produk-produk elektronik, seperti ponsel, komputer, dan perangkat lainnya, sering kali diproduksi, digunakan, dan dibuang tanpa memperhatikan siklus hidup produk tersebut. Green technology berfokus pada desain perangkat yang mudah untuk didaur ulang dan memiliki umur pakai lebih panjang. Perusahaan-perusahaan kini semakin mendorong pengembangan produk yang dapat di-upgrade, memperbaiki komponen-komponen yang rusak, dan mengurangi ketergantungan pada bahan baku yang langka. Ini tidak hanya membantu mengurangi e-waste, tetapi juga mengurangi konsumsi sumber daya alam yang terbatas.
Namun, meskipun ada upaya yang luar biasa untuk mengembangkan green technology, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah biaya awal yang tinggi dalam transisi ke teknologi hijau. Meskipun penggunaan energi terbarukan dan desain produk ramah lingkungan lebih menguntungkan dalam jangka panjang, investasi awal untuk mengganti infrastruktur dan perangkat yang ada bisa sangat mahal. Banyak perusahaan, terutama yang berukuran kecil dan menengah, mungkin merasa kesulitan untuk melakukan perubahan tersebut. Oleh karena itu, dukungan pemerintah dan kebijakan yang mendorong investasi dalam teknologi hijau sangat penting untuk mempercepat adopsi solusi ini di seluruh dunia.